Tips-trick|Software|

Download Software Gratis

Translate

Rabu, 07 Juli 2010

HUBUNGAN DAN PERANAN ILMU TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Kebudayaan adalah hasil karya manusia, yang meliputi hasil akal, rasa, dan kehendak manusia. Oleh karena itu maka  kebudayaan tidak pernah berhenti, terus ber-langsung sepanjang jaman, meru-pakan suatu  proses yang  memerlukan waktu dalam ke-inginan manusia untuk lebih berkualiatas.
Apabila kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan. Namun dapat dikatakan sebagai hasil akhir dalam perkembangan  mental manusia dan dapat di-anggap sebagai hasil yang paling optimal dalam kebudayaan manu-sia.
Indonesia adalah dikenal budaya yang majemuk, sehingga perlu ditangani dengan bijak supaya  tetap dalam kerangka  ke-satuan negara  Indonesia. Kebuda-yaan Nasional adalah puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Agar dapat menjangkau masa depan untuk menangani kebu-dayaan  di  Indonesia maka  diper-lukan  strategi kebudayaan.
Oleh  karena itu muncul ma-salah yang perlu dibahas yakni bagaimana sebenarnya hubungan  ilmu dengan kebudayaan? Apa peranan ilmu bagi pengembangan kebudayaan nasional? Untuk men-jawab persoalan tersebut maka pembahasan diawali dengan  pe-ngertian dan ciri-ciri  dari ilmu,  sikap ilmiah yang harus dimiliki ilmuwan,  ilmu dan masyarakat,  pengertian dan unsur-unsur ke-budayaan,  pengaruh timbal balik antara ilmu dan kebudayaan., dan  peranan ilmu terhadap  pengem-bangan  kebudayaan  nasional.

PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu. Cabang filsafat yang membahas pengetahuan disebut Epistemolo­gi. Istilah lain dalam kepustakaan filsafat dari epis-temologi adalah Filsafat penge-tahuan, Gnosiologi, Kritika penge-tahuan, logika material, teori pe-ngetahuan, dan kriteriologi.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula penge­tahuan, batas-batas, sifat, metode dan validity pengetahuan. Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa latin scientia  dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertum-buhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap penge-tahuan sistematik. Dalam bahasa Jerman wissenschaft.
The Liang Gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis  yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pe-ngetahuan yang sistema­tis. Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok :
1.              Empiris. Pengetahuan itu di-peroleh berdasarkan pengama-tan dan percobaan
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan keter­gantungan dan teratur.
3.              Obyektif. Ilmu berarti pengeta-huan itu bebas dari prasang­ka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4.              Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok-soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari ba­gian-bagian itu.
 Aktivitas
   Ilmu           
  Pengetahuan
5.              Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.
Sedangkan Joesoef (1987) menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yaitu : produk, proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengan-dung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji dan dibantah oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasya-rakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisis-rasional, obyektif, sejauh mungkin ‘impersonal’ dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang dapat diamati.
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya, perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih, dan skeptisisme yang teratur.
Van Melsen (1985) menge-mukakan ada delapan  ciri yang menadai ilmu, yaitu :
1.               Ilmu pengetahuan secara meto-dis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (meto-de) maupun harus (susunan logis).
2.               Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmu-wan.
3.               Universalitas ilmu pengetahuan.
4.               Obyektivitas, artinya setiap ilmu  terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subyektif.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6.              Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-perta-nyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
7. Kritis, artinya tidak ada teori yang difinitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertauan antara teori dengan praktis.

SIKAP ILMIAH YANG  HARUS  DIMILIKI  ILMUWAN

Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu merupakan suatu cara berpikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek yang khas dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengeta-huan yang ilmiah. Ilmiah dalam arti bahwa sistem dn struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan seca-ra terbuka. Disebabkan oleh karena itu pula ia terbuka untuk diuji oleh siapapun.
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu  juga masalah mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Disinilah letak  tang-gung jawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak amat diperlukan. Oleh karenanya penting bagi para ilmuwan memiliki sikap ilmiah.
Manusia sebagai makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan berada di dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya bilamana manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya. Manusia yang merupakan bagian alam tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia senantiasa berintegrasi dengan alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka manusia yang merupakan bagian alam harus senantiasa merupakan pusat dari alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara manusia dengan alam ada hubungan yang bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab itulah, maka manusia harus senantiasa menjaga keles-tarian alam dalam keseimba-ngannya yang bersifat mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja sebagai manusia biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan senantiasa menjaga kelesta-rian dan keseimbangan alam yang juga bersifat mutlak.
Para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas Hamami  M., 1996, hal. 161)
Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang  diarahkan untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan seca-ra sosial untuk melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan.
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas Hamami M., (1996) sedikitnya ada enam , yaitu :
1.    Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau , cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara.
Norma-norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara universal dan komunal.
Disamping sikap ilmiah berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan yang secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan tertentu. Misalnya, etika kedokteran, etika bisnis, etika politisi, serta etika-etika profesi lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat asas dan kepatuhan terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manu-sia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap lain kecuali pencapaian obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.

ILMU DAN MASYARAKAT

Pada masa lampau kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidu-pan sehari-hari belum dapat dirasakan. Ilmu sama sekali tidak memberikan pengaruhnya terha-dap masyarakat. Ungkapan Aristo-teles tentang ilmu “umat manusia menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari, barulah ia arahkan perhatiannya kepada ilmu pe-ngetahuan” (Van Melsen,1987)
Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun sekarang memerlukan  ilmu, seper-ti misalnya kebutuhan ‘pangan, sandang dan  papan’, sangat ter-gantung dengan  ilmu, meski yang paling sederhana pun. Maka kegiatan ilmiah dewasa  ini berdasarkan pada  dua  keyakinan:
1.    Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih mendalam menurut segala aspeknya.
2.    Semua aspek realitas membutuhkan juga  penyelidi-kan  primer,  seperti air, makanan, udara, cahaya. Kehangatan, tempat tinggal tidak akan cukup tanpa penyelidikan itu (Van Melsen, 1987).
Dengan demikian maka ilmu pada dewasa ini mengalami fungsi yang berubah secara radikal, dari tidak berguna sama sekali dalam kehidupan praktis menjadi “tem-pat tergantung” kehidupan manusia. Penemuan-penemuan secara empiris memberikan kemungkinan-kemungkinan baru,  yang ternyata ada gunanya dalam praktis. Ilmu yang semula rasional-empiris menjadi rasional - eksperimental. Dengann demikian  ilmu  mempunyai akibat yakni berguna dalam kehidupan masyarakat.

PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Kata kebudayaan berasal dari kata  Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang bersangku-tan dengan akal.Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Demikian budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa itu. (Kontjoroningrat, 1986)
Definisi kebudayaan dari para ahli sangat beragam, sehingga pemilihan definisi kebudayaan yang tepat sangat sukar. Berikut ini beberapa pengertian kebu-dayaan dari para ahli baik dari budayawan Indonesia atau  pun dari bangsa  diluar Indonesia.
a. Ki Hajar  Dewantoro.
Kebudayaan berarti buahbudi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesu-karan di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
b. Sutan Takdir Alisyahbana
Sutan Takdir Alisyahbana menga-takan bahwa kebudaya-an adalah manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebaba semua laku dan perbuatan tercakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir termasuk didalamnya persaan karena perasaan juga merupa-kan maksud dari pikiran.
c. Koentjoroningrat.
Koentjoroningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri  manusia dengan  belajar.
d. A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn.
A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya Culture, a critical review of concepts and definisitions mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
e. Malinowski
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselematannya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan .( Supartono Widyosiswoyo, 1996)
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Dengan adanya unsur tersebut, kebuda-yaan di sini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu dikenal adanya unsur-unsur yang universal yang melahirkan kebudayaan universal. Menurut C. Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. (Supartono Widyosis-woyo,1996)

PENGARUH TIMBAL-BALIK ANTARA  ILMU  DAN  KEBUDAYAAN

Ilmua dalah bagian dari pengetahuan.Untuk mendapatkan ilmu diperlukan  cara-cara terten-tu, ialah adanya suatu metode dan mempergunakan sistem, mem-punyai  obyek formal dan obyek material. Karena pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka  ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan dengan sendiriya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan. (Endang Daruni Asdi, 1991)
Kecuali ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan penga-ruh timbal-balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkem-bangan kebudayaan, sedangkan  perkembangan ilmu dapat mem-berikan pengaruh pada kebuda-yaan. Keadaan sosial dan  kebuda-yaan, saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat  berkem-bang dengan subur. Disini ilmu mempunyai  peran ganda yakni:
1.         Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung  pengemba-ngan  kebudayaan.
2.         Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa. (Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, hal. 141)

PERANAN ILMU TERHADAP PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Dalam pengembangan kebu-dayaan nasional nilai  kritis,  rasional, logis, obyektif, terbuka, menjujung kebenaran dan  mengabdi secara nasional sangat diperlukan. Dalam menghadapi dunia modern sekarang ini  diperlukan cara-cara yang terkandung dalam nilai-nilai  ilmiah.
Pengembangan kebudayaan nasional pada hakekatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang  sekarang bersifat konvensional ke arah situasi  kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi  tujuan  nasional.  Langkah-langkah yang sistematik menurut Endang Daruni Asdi  (1991) adalah :
1.    Ilmu dan kegiatan keilmuan disesuaikan dengan kebudayaan yang ada dalam masyarakat  kita, dengan  pendekatan edu-katif dan persuasif  dan menghindari konflik-konflik, bertitik tolak dari  reinter-pretasi nilai yang ada dalam argumentasi  keilmuan.
2.    Menghindari “scientisme” dan pendasaran terhadap akal sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
3.    Meningkatkan integritas ilmu-wan dan lembaga keilmuan, dan melaksanakan dengann konsekuen kaidah moral kegiatan keilmuan.
4.    Pendidikankeilmuan sekaligus dikaitkan dengan  pendidikan moral. Etika dalam kegiatan keilmuan mempunyai kaidah imperatif.
5.    Pengembangan ilmu disertai pengembangan bidang filsafat. Filsafat ilmu hendaknya dibe-rikan dipendidikan Tinggi. Walaupun demikian kegiatan  ilmiah tidak berarti lepas dari kontrol pemerintah dan kontrol masyarakat.

STRATEGI KEBUDAYAAN

Suatu masalah yang prosesnya sedang berlangsung sekarang ini adalah kebudayaan nasional. Dalam permasalahan  tersebut, jika ditelusuri lebih  dalam, ter-kandung pengertian bahwa kebudayaan itu seharusnya tidak saja menjangkau masa sekarang, tetapi juga harus dapat menjangkau masa depan bangsa Indonesia sehingga dapat  diper-tanggungjawabkan. Oleh karena itulah, kebudayaan nasional  Indonesia harus dibuat oleh bangsa Indonesia karena budaya Indonesia itu milik dan untuk bangsa  Indonesia.
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan nasional  Indonesia yang disebutnya Kebudayaan Indonesia Raya harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan Barat. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah teknologi, orientasi ekonomi, ketrampilan berorgani-sasi, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Sanusi Pane berpenda-pat bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan Timur harus mementingkan kerohanian, perasaan, dan gotongroyong. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak boleh melupakan sejarahnya. (Supartono Widyosiswoyo, 1996)
Untuk dapat menciptakan kebudayaan nasional Indonesia sebagai kegiatan dan proses demi  kejayaan bangsa dan negara diperlukan adanya strategi  yang tangguh. Menurut Slamet Sutrisno  ada lima langkah  strategi yakni:
a.    Akulturasi berarti percampuran  dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing-masing unsurnya lebih tampak.
b.    Progresivitas berarti maju. Progresivitas dalam kebudayaan mengandung pengertian bahwa kebudayaan itu harus bergerak maju  sehingga harus mengarah ke masa depan. Oleh karena itu, budaya teknologi dan pemikiran tentang ekonomi yang telah banyak kita peroleh dari bangsa asing harus diterapkan dan dikembangkan demi kejayaan budaya masa depan.
c.    Sistem pendidikan di Indonesia harus mampu menanamkan kebudayaan sosial. Oleh karena itu, nilai-nilai pelajaran sejarah kebudayaan yang sifatnya humaniora perlu diberikan kepada pelajar maupun mahasiswa agar mereka mem-peroleh pengertian yang benar dan tepat  tentang  kebuda-yaan.
d.    Kebijaksanaan bahasa nasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi di Indonesia, melalui bahasa nasional tersebut telah dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dalam menunjang  persatuan.
e.    Sosialisasi Pancasila sebagai dasar negara dengan melalui pendidikan  Moral Pancasila di sekolah dasar, menengah dan mata kuliah Pancasila di Perguruan Tinggi.
Selain kelima langkah tersebut perlu satu langkah lagi yang esensial yakni mengikutkan rakyat sebab rakyat yang merupakan sumber kekuatan, rakyat merupakan pendukung kebudayaan, dan untuk rakyat juga  semua ini dilakukan. Dari kehidupan rakyatlah dapat dipe-roleh sumber budaya atau ilham bagi pencipta kebudayaan sehingga kebudayaan yang diciptakan dapat mengakar pada rakyat. Dengan rakyat sebagai pendukung budaya, kebudayaan dapat lebih lestari dalam  kehidupan masyarakat.

KESIMPULAN

1.              Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu menda-tangkan pengetahuan yang sistematis. Oleh karena itu ciri-ciri dari pengetahuan ilmiah harus empiris, sistematis, obyektif, analitis dan verifikatif.
2.               Sistim pengetahuan adalah termasuk salah satu unsur kebudayaan. Disamping itu ada hubungan pengaruh timbal balik antara ilmu dan kebudayaan. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, disamping itu perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Ilmu dapat merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan. Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.
3.               Dalam pengembangan kebudayaan nasional di dunia modern sekarang ini nilai-nilai kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjung tinggi kebenaran dan mengabdi secara universal sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu langkah-langkah strategi yang tangguh untuk kejayaan bangsa dan negara dengan mengikut sertakan rakyat yang merupakan pendukung kebuda-yaan.

Saran

1.              Upaya peningkatan pendidikan bagaimana hubungan dan peranan ilmu terhadap pengembangan kebudayaan na-sional sebaiknya dikaitkan sekaligus dengan upaya meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah lewat pemberian mata kuliah filsafat ilmu pada semua tingkat pendidikan tinggi baik Diploma, Saerjana, maupun Magister, sebab mahasiswa adalah calon-calon ilmuwan yang akan mengembangkan ilmu, supaya dalam perkembangan ilmu tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diharapkan oleh manusia itu sendiri. Para ilmuwan harus taat asas dan patuh pada norma-norma keilmuan, dan juga ilmuwan harus dilapisi moral dan akhlak, baik moral umum yang dianut oleh masyarakat atau bangsa-nya maupun moral religi yang dianutnya.
2.               Di dalam perkembangan pem-bangunan Bangsa Indonesia, moral Pancasila seyogyanya dipertimbangkan sebagai landa-san moral bagi para ilmuwan Indonesia. Hal ini disebabkan karena ilmuwan Indonesia mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membangun bangsa dan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DLL yang disiapkan Jika Cheat tidak tampil

d3dx43.dll (Folder PB)
msvcp100.dll (Folder PB)
msvcr100.dll (Folder PB)
d3dx9_42.dll (system32)
msvcp100d.dll (system32)
msvcr100d.dll (system32)
Atau kalian ingin yang sudah dipaketkan,
[-] DLL Folder PB <<< Jadi simpan dll yang ada di .rar ke dalam Folder PB mu.
[-] DLL System32 <<< Jadi simpan dll yang ada di .rar ke
  • C:\Windows\System (Windows 95/98/Me)
  • C:\WINNT\System32 (Windows NT/2000)
  • C:\Windows\System32 (Windows XP, Vista, 7)
Jika kamu menggunakan Windows versi 64-bit , kamu harus tempatkan .dll nya di C:\Windows\SysWOW64\
Apabila kalian masih tidak mengerti silahkan tinggal komentar kalian di bawah ini.
Terima Kasih ^_^
Download Multy Injector KLik Disini (untuk lost saga)
Download Multy Injector + processes KLik disini (untuk Geme Ofline)

Daftar isi Blog

Widget By: [Akhmad Andryan]

Update status FB Via BB - I-pade

http://hadi.web.id/fb.html http://hadi.web.id/facebook.html