Tips-trick|Software|

Download Software Gratis

Translate

Rabu, 07 Juli 2010

KONSEP DIRI ETNIS DAYAK YANG BERAGAMA ISLAM

Abstrak. Etnis Dayak atau orang Dayak merupakan sebutan untuk orang-orang yang hidup di pedalaman, yang masih memelihara adat istiadat, hukum adat dan budaya yang khas. Selama ini etnis Dayak identik dengan penduduk lokal Kalimantan yang beragama Kristen atau yang beragama adat, padahal terdapat pula etnis Dayak yang memeluk agama Islam. Keberadaan etnis Dayak yang beragama Islam merupakan hal yang berkaitan dengan konsep diri, oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana konsep diri etnis Dayak yang memeluk Islam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etnis Dayak yang beragama Islam mempunyai konsep diri yang cukup bagus.  Mereka dapat megenal dirinya sendiri dan tidak malu lagi mengakui keberadaannya sebagai etnis Dayak yang beragama Islam. Konsep diri ini meliputi: (1) Physical self, (2) Family self, (3) Social self, (4) Personal self dan (5) Moral ethical self.
Kata kunci : konsep diri, etnis dayak, dayak Islam.
Abstract. Dayak ethnics or Dayak citizens is a wellknown name to the people who is living in the location of Dayak citizens, they still preserves the cultures, culture law and the features of culture.along this time Dayak etnic is identic with the local society of borneo who are Christians or believe to the cultures, on the other hand there are also Dayak etnic who are Moslems. The existence of Dayak Moslem is as one of the correlation of the self-concept. Therefore, the researcher studies the self-concept of Moslem Dayak. Considering to the research result, it can be summing up that the ethnic of Moslem Dayak has a better self-concept. They can recognize themselves and not to be ashame with their existence as the ethnics of Moslem Dayak. The sel-concept involves (1) Physical self, (2) Family self, (3) Social self, (4) Personal self dan (5) Moral ethical self. 
    Key words: Self concept, Dayak Ethnics, Islamic Religion



   Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dimana pulau-pulau tersebut didiami oleh etnis-etnis tertentu. Sebagai contoh di Sumatera dihuni oleh etnis Minangkabau dan Batak, di Jawa dihuni oleh etnis Sunda dan Jawa, di Kalimantan dihuni oleh etnis Dayak dan Banjar, di Sulawesi di huni oleh etnis Toraja dan Bugis, di Irian dihuni oleh etnis Dani dan Asmat.
   Etnis  merupakan gabungan manusia yang mengucapkan satu bahasa dan mempunyai satu rasa identitas komunitas yang khusus, tinggal di suatu wilayah geografis dengan ciri-ciri ekologi yang sama, mempunyai pengalaman sejarah yang biasanya sama, biasanya saling berinteraksi secara intensif dan dengan frekuensi yang tinggi (Clifton dalam Koentjoroningrat, 1990).
   Etnis Dayak sebagai salah satu etnis di Indonesia, merupakan etnis terbesar yang menghuni pulau Kalimantan. Etnis ini tersebar merata mulai dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Timur. Etnis Dayak umumnya tinggal di daerah aliran sungai dan daerah pantai. Hal ini dapat diketahui dengan tumbuhnya kota-kota ditepi sungai besar, seperti Pontianak yang berada di muara sungai Kapuas, Palangkaraya yang berada di tepi laut Jawa, Banjarmasin yang berada di aliran sungai Barito, Balikpapan dan Samarinda yang berada di tepi selat Makassar.
   Menurut kepercayaan Dayak, asalusul nenek moyang suku Dayak diturunkan dari langit yang ketujuh ke dunia dengan menggunakan Palangka Bulau (tandu suci yang terbuat dari emas). Mereka diturunkan dari langit ke dunia di empat tempat yaitu: di Tantan Puruk Pamatuan di hulu Sungai Kahayan dan Barito, di Tantan Liang Mangan Puruk Kaminting (Bukit Kaminting), di Datah Takasiang, hulu sungai Rakaui (Sungai Malahui Kalimantan Barat), dan di Puruk Kambang Tanah Siang (hulu Barito). Dari tempat–tempat tersebut kemudian tumbuh dan berkembang dalam tujuh suku besar yaitu: Dayak Ngaju, Dayak Apu Kayan, Dayak Iban  dan Hebab, Dayak Klemantan atau Dayak Darat, Dayak Murut, Dayak Punan dan Dayak Ot Danum. (Cyberborneo, 2003).
   Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Dayak pada awalnya adalah Hindu Kaharingan yang berarti “air kehidupan” (Koentjaraningrat, 1990). Agama Islam mulai berkembang sejak abad ke-XV ketika kerajaan Hindu Mulawarman mengalami kemunduran. Agama Islam di Kalimantan berkembang dengan pesat terutama di daerah pesisir selatan mulai dari Balikpapan di Kalimantan Timur, Banjarmasin di Kalimantan Selatan hingga Palangkaraya di Kalimantan Tengah.
   Penyebaran Islam ini melalui interaksi dan pernikahan antara etnis Dayak dengan etnis pendatang yang beragama Islam seperti Madura, Jawa, Arab dan Melayu. Adanya interaksi dan perkawinan campuran tersebut banyak mendorong etnis Dayak untuk masuk Islam, sedangkan etnis Dayak yang tidak mau memeluk agama Islam umumnya menyingkir ke pedalaman dan mempertahankan adat istiadat. Sehingga terjadilah pameo, etnis Dayak yang beragama Islam umumnya tinggal di pesisir pantai dan orang Dayak non Islam mengungsi di pedalaman.
   Istilah Dayak Islam terdengar sedikit asing bagi telinga orang di Banjarmasin. Penyebutan nama "Dayak" identik dengan penduduk lokal Kalimantan yang beragama Kristen atau yang beragama adat. Sementara yang muslim umumnya dipandang sebagai orang Melayu.
   Padahal orang Dayak beragama Islam bukanlah hal yang aneh. Berdasarkan penelusuran Republika Online pada bulan Maret 2001 (Institut Dayakologi, 2002), 65 % orang Dayak Ngaju, Maanyan, Ut Danum di Kalimantan Tengah beragama Islam. Sebab di Kalimantan Tengah, agama apapun mereka jika berdarah Dayak, mereka tetap mengakui dirinya Dayak. "Di sana tidak ada persoalan agama, meskipun dalam keluarga sendiri orang bebas menentukan pilihan hidupnya," cerita Utami, Puteri Dayak Islam dari pasangan Dayak Kayan dan Ngaju Kalteng yang aktif di Department For International Development (DFID), sebuah lembaga penyantun yang berpusat di London.
   Perkembangan zaman ternyata membawa pengaruh terhadap eksistensi atas identitas etnis. Hal ini dapat dilihat bahwasannya tidak ada kecanggungan untuk mengenalkan diri sebagai etnis Dayak meskipun telah beragama Islam.  "Dayak adalah identitas keturunan, sedangkan agama adalah rahasia manusia dengan Tuhan," kata Alamsyahrum  (Institut Dayakologi, 2002).
   Alamsyahrum (Institut Dayakologi, 2002) juga menjelaskan bahwasannya faham adat istiadat Dayak masih tetap dipertahankan oleh Orang Dayak yang beragama Islam. Meskipun sebagian besarnya sudah dipengaruhi ajaran Al-Quran. "Adat-istiadat tetap kami pertahankan. Sebab agama tidak bisa memisahkan darah. Agama juga tidak bisa mengubah budaya seseorang," katanya.
   Keberadaan etnis Dayak yang beragama Islam merupakan hal yang berkaitan erat dengan konsep diri. Keterkaitan itu dapat diketahui dengan pemakaian atribut muslim oleh etnis Dayak yang beragama Islam. Atribut tersebut dapat berupa jilbab, songkok, baju koko, sarung dan baju muslimah. Menurut Pudjijogyanti (1995), konsep diri merupakan sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya.
   Pendapat lain dikemukakan oleh Brooks (Rakhmat, 2000) yang menyatakan bahwa konsep diri sebagai persepsi mengenai diri individu baik secara fisik, psikis dan sosial yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain.
   Berzonsky (Cahyaningrum, 2002) menyatakan lebih lanjut bahwa ada empat aspek konsep diri, yaitu :
  1. Aspek fisik yaitu penilaian seseorang terhadap sesuatu yang dimilikinya.
  2. Aspek psikis yaitu meliputi pikiran, perasaan dan sikap terhadap dirinya.
  3. Aspek sosial yaitu peranan sosial yang dimainkan individu dan penilaian orang lain terhadap perannya.
  4. Aspek moral yaitu meliputi nilai– nilai dan prinsip–prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang.
   Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan kemampuannya. Demikian pula sebaliknya apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mampu, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuan. Pandangan individu tentang dirinya tersebut dipengaruhi oleh peristiwa belajar dan pengalaman, terutama yang berhubungan erat dengan dirinya, seperti harga diri, kegagalan dan kesuksesan (Surachman dalam Rahmah, 2003).
   Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan mengetahui konsep diri etnis Dayak yang beragama Islam meliputi: (1)  Physical self  (diri secara fisik); (2) Family self (diri secara keluarga); (3) Social Self (diri secara sosial); (4) Personal self (diri secara pribadi); (5) Moral ethical self (diri secara moral etik)?” 
METODE
   Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak empat orang laki-laki dan perempuan. Penentuan subjek penelitian secara dilakukan secara purposive, yaitu subjek diambil berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kampung Rawasari, Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan. Adapun ciri-ciri subjek dalam penelitian ini sebagai berikut: (a) etnis Dayak yang beragama Islam secara  mualaf, (b) usia 20 tahun ke atas, yaitu usia dimana konsep diri sudah terbentuk dengan mantap, (c) bertempat tinggal di Banjarmasin.
   Penelitian ini bersifat induktif deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan tes psikologi BAUM, DAM, Wartegg dan SSCT.



HASIL DAN BAHASAN 
   Sebutan etnis Dayak atau orang Dayak pada masa lalu merupakan sebutan untuk orang-orang yang hidup di pedalaman, yang masih memelihara adat istiadat, hukum adat dan budaya yang khas. Walaupun mereka hampir tidak pernah menyebut dirinya etnis "Dayak". Mereka umumnya menyebut dirinya orang Iban, orang Kanayan, orang Bekati', orang Mualang, orang Desa, orang Ribun, orang Embaloh, orang Taman, orang Pesaguan, orang Simpakang, orang Jalai, dan sebagainya. Kata "orang" artinya Dayak. (Institut Dayakologi, 2002).
   Institut Dayakologi (2002) menyebutkan bahwa Dayak bukanlah identitas yang mengacu pada satu komunitas saja. Dayak adalah sebutan kolektif terhadap sekitar 405 kelompok etnolinguistik yang mendiami pulau Borneo. Mereka menamakan atau dinamakan Iban, Kayan, Kenyah, Kanayan, Maanyan, Ngajuk, Uut Danum, Bidayuh, Simpang, Pompakang, dan lain-lain. Menurut para peneliti, penamaan ini berdasarkan kesamaan hukum adat, ritual kematian dan bahasa. Sebenarnya penamaan sub-suku Dayak juga dapat didasarkan pada letak geografis kawasan adat mereka.
Konsep Diri Etnis Dayak yang Beragama Islam
   Penelitian ini bertujuan mengetahui konsep diri etnis Dayak yang beragama Islam yang meliputi:   (1)  Physical self  (diri secara fisik);    (2) Family self (diri secara keluarga);   (3) Social Self (diri secara sosial);        (4) Personal self (diri secara pribadi);  (5) Moral ethical self (diri secara moral etik).
   Physical self (diri secara fisik) adalah  bagaimana seseorang memandang kesehatan, penampilan, kelebihan dan kekurangannya secara fisik. Secara umum etnis Dayak memiliki penampilan fisik yang sama dengan orang Indonesia pada umumnya, tetapi etnis Dayak memiliki beberapa keunikan antara lain berwajah bulat, bermata sipit, berkulit putih kekuning-kuningan, berambut hitam dan mempunyai tubuh yang kuat. Subjek menggambarkan dirinya secara fisik tidak jauh berbeda dengan orang pada umumnya. Subjek mengakui kalau mempunyai kekurangan, tetapi kekurangan yang dimiliki tidak mengganggu penampilan dan aktivitas sehari-hari. Selain itu, subjek bersyukur atas segala yang diberikan Tuhan.
   Pembentukan konsep diri secara fisik ini merupakan bagian dari komponen afeksi. Yakni penilaian individu terhadap diri sendiri. Penilaian ini akan membentuk penerimaan terhadap diri dan harga diri seseorang.
   Mengutip dari Pudjijogyanti (1995) penciptaan konsep diri ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pencitraan fisik. Apa yang disebutkan oleh subyek dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa ada konsep diri yang positif dimana subyek merasa bersyukur atas kondisi fisik yang ada walaupun kekurangan itu ada.
   Family self (diri secara keluarga), bagaimana seseorang memandang dirinya dalam hubungannya dengan orang-orang yang sangat dekat dengan dirinya. Dalam menjalankan fungsi sosial dan komunikasi dengan anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa di dalam lingkungan keluarga, diantara anggota etnis Dayak saling menceritakan masalah yang dimiliki.
   Pola hubungan dan komunikasi yang terbuka menjadikan hubungan antara subyek dengan keluarga menjadi harmonis dan minim konflik. Proses inilah yang mengiringi pembentukan konsep diri yang positif dalam diri etnis Dayak Islam.
   Dukungan dari pihak keluarga menjadi salah satu faktor terpenting dalam pembentukan konsep diri. Seperti yang disebutkan oleh Mc Candless (dalam Pujijogyanti, 1995) mengatakan bahwa orang penting disekitar individu adalah orang tua dan saudara-saudara yang tinggal di bawah satu atap. Dari merekalah secara perlahan-lahan individu membentuk konsep diri. Segala sanjungan, senyuman, pujian dan penghargaan, akan menyebabkan penilaian positif terhadap individu. Sedangkan ejekan, cemoohan dan hardikan, akan menyebabkan penilaian yang negatif terhadap dirinya.
   Social self (diri secara sosial), bagaimana seseorang memandang dalam hubungannya dengan orang lain.
   Pembentukan konsep diri dalam hubungannya secara sosial ternyata dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman psikologis dan internalisasi yang merupakan produk sosial. Ada perubahan konsep diri yang dialami oleh subyek sebagai etnis Dayak setelah memeluk agama Islam.  Secara perlahan, subyek bisa membuka diri, berkomunikasi dengan luar dan bersosialisasi dengan masyarakat.
   Lindgren (dalam Pudjijogyanti, 1995) menyatakan bahwa konsep diri seseorang terbentuk karena adanya interaksi seseorang dengan orang-orang di sekitarnya. Dari interaksi ini lahirlah struktur, peran dan status sosial seseorang.
   Peran dan status sosial yang terbentuk sebagai hasil interaksi ini menjadikan subyek dapat bertanggung jawab dan mempunyai motivasi untuk berkembang dari kepribadian tertutup menjadi sedikit terbuka, sehingga subjek mampu mengatasi suatu permasalahan bersama- sama dengan orang lain. Selain itu, sebagai bagian dari masyarakat subjek juga dituntut untuk dapat mengendalikan emosi yang dimilikinya dengan tidak berperilaku agresif atau emosional dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
   Personal self adalah sikap seseorang terhadap dirinya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Menjadi sebuah kelaziman jika dalam hidup ini muncul pertentangan dalam diri. Pertarungan batiniah ini biasanya menyangkut tentang keyakinan akan mampu tidaknya berbuat sesuatu.
   Hal ini juga dialami oleh subyek penelitian dimana ketidakyakinan atas kemampuan diri yang ada menyebabkan munculnya rasa cemas dan takut dalam diri subyek. Menurut Pudjijogyanti (1995), konsekuensi dari adanya dilema dan kesadaran individu terhadap kualitas kemampuannya menyebabkan individu lebih suka tidak mewujudkan kemampuannya, sebab hal ini dipandang tidak menuntut kerja keras. Padahal ketidakinginan untuk bekerja keras akan menyulitkan individu untuk mengembangkan diri.
   Moral ethical self (diri secara etika moral), merupakan gambaran seseorang terhadap hubungannya dengan Tuhan dan peraturan-peraturan atau norma-norma hidup yang berlaku (Fitts dalam Budi, 2002).
   Keidentikan etnis Dayak dengan penduduk lokal Kalimantan yang beragama Kristen atau yang beragama adat pada awalnya menjadikan masalah tersendiri. Keyakinan akan beragama sebagai sebuah hak azasi menjadikan subyek mampu untuk menghindari konflik tersebut.
   Pengalaman spiritual yang dialami subyek menjadi motivasi tersendiri bagi subyek untuk mendalami agama Islam. Motivasi untuk mendalami agama Islam ini diwujudkan dalam bentuk ibadah-ibadah dalam agama seperti sholat sunah dan wajib, membaca Al-Qur’an, serta memahami dan mengamalkan aturan-aturan yang berlaku didalam agama Islam.
   Pengalaman-pengalaman hidup dan kejadian-kejadian yang dialami individu sangat berperan dalam menciptakan pemikiran seseorang, sehingga membentuk suatu paradigma yang melekat pada pikirannya (Agustian, 2001).
   Hal ini sesuai dengan pendapat Robertson (dalam Soelasman, 1998) bahwa kepercayaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan keagamaan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Individu juga memohon ampun kepada Tuhan bila berbuat salah. Kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara berbuat kemaslahatan.
SIMPULAN
    1. Physical self (diri secara fisik), yaitu penilaian individu terhadap fisik yang dimiliki. Dalam hal ini individu dapat menerima keadaan fisik yang dimilikinya. Semua subjek merasa keadaan fisik yang dimilikinya tidak jauh berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya. Memiliki dimensi tubuh ideal, tidak kurang satu apapun dengan karakteristik seperti mata sipit, kulit kuning, fisik yang kuat dan besar, dan cara berpakaian berwarna mencolok.
    2. Family self (diri secara keluarga), yaitu keadaan individu di dalam keluarganya, misalnya adanya penerimaan keluarga terhadap keberadaan individu sebagai anggota keluarga. Setelah menganut Islam subjek merasa tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan keluarganya. Hal ini terlihat dari tidak mengurangi kedekatan dalam berkomunikasi dan peranan subjek yang selalu dibutuhkan oleh keluarganya.
    3. Social self (diri secara sosial), yaitu keadaan individu di dalam masyarakat. Keempat subjek memiliki social self yang lebih baik setelah masuk agama Islam karena dengan masuk Islam subjek sering mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
    4. Personal self  (diri secara pribadi), yaitu sikap individu terhadap dirinya baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam menjalani kehidupan kadang muncul ketidakyakinan atas kemampuan dalam diri yang bisa menghambat proses pengembangan diri.
    5. Moral ethical self (diri secara etika moral), yaitu gambaran individu terhadap hubungannya dengan Tuhan dan peraturan yang berlaku. Keempat subjek cukup konsisten dalam menjalankan perintah-Nya. Hal ini terlihat dari usaha subjek yang memperdalam tentang agama Islam baik melalui pengajian, dakwah, maupun buku-buku keagamaan.
 
SARAN
  1. Saran bagi etnis Dayak yang beragam Islam, dengan adaya kondisi sekarang ini tetaplah dipertahankan, karena dengan memiliki konsep diri yang baik akan mempermudah bagi dirinya untuk bisa memberikan gambaran tentang dirinya, mana yang baik dan mana kurang baik, selain itu mempermudah bagi mereka dalam melakukan hubungan sosial dengan masyarakat tanpa dibebani oleh penilaian yang negatif tentang diri sendiri dan penilaian negatif dari masyarakat
  2. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah apabila memilih topik atau tema yang sama diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang lain seperti  kepercayaan diri, kepribadian, intelegensi, jenis kelamin, status pekerjaan dan sebagainya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DLL yang disiapkan Jika Cheat tidak tampil

d3dx43.dll (Folder PB)
msvcp100.dll (Folder PB)
msvcr100.dll (Folder PB)
d3dx9_42.dll (system32)
msvcp100d.dll (system32)
msvcr100d.dll (system32)
Atau kalian ingin yang sudah dipaketkan,
[-] DLL Folder PB <<< Jadi simpan dll yang ada di .rar ke dalam Folder PB mu.
[-] DLL System32 <<< Jadi simpan dll yang ada di .rar ke
  • C:\Windows\System (Windows 95/98/Me)
  • C:\WINNT\System32 (Windows NT/2000)
  • C:\Windows\System32 (Windows XP, Vista, 7)
Jika kamu menggunakan Windows versi 64-bit , kamu harus tempatkan .dll nya di C:\Windows\SysWOW64\
Apabila kalian masih tidak mengerti silahkan tinggal komentar kalian di bawah ini.
Terima Kasih ^_^
Download Multy Injector KLik Disini (untuk lost saga)
Download Multy Injector + processes KLik disini (untuk Geme Ofline)

Daftar isi Blog

Widget By: [Akhmad Andryan]

Update status FB Via BB - I-pade

http://hadi.web.id/fb.html http://hadi.web.id/facebook.html