Tips-trick|Software|

Download Software Gratis

Translate

Kamis, 08 Juli 2010

KESEMPATAN KEDUA

Pria bertubuh jangkung dan berambut ikal itu menghampiri Desta sambil tersenyum. Wajahnya ramah dengan mata tajam terasa sangat familiar. Desta tersentak kaget, ternyata pria itu Darmawan, kakak kelasnya sewaktu di SMU dulu. Bagaimana mungkin?

“Hai Des”, ia menyapa Desta dengan hangat.
“Oh, hai juga”, Desta merasakan jantungnya berdetak kencang. Wajahnya mulai merona.
“Aku senang akhirnya kita bertemu kembali”, ia menatap Desta lama dan dalam. Di matanya terlukis berbagai perasaan. Suka cita. cinta, maupun  kerinduan. Desta terpaku, perasaannya hanyut dibuai kata-kata lembut penuh cinta itu.
Suara dering alarm membangunkan Desta. Ternyata hanya mimpi.
Desta melihat jam. Baru pukul enam pagi. Masih banyak waktu untuk bersiap-siap ke kantor. Desta memutuskan untuk berbaring di ranjang sebentar, meresapi arti mimpinya tadi. Entah mengapa, tiga hari terakhir ini Darmawan selalu hadir menghiasi mimpi-mimpinya.
Sudah sepuluh tahun berlalu, sepuluh tahun tidak pernah bertemu, bahkan Desta sudah melupakan Darmawan. Tapi, mengapa tiba-tiba ia muncul dalam mimpinya?
***
Desta ingat saat ia kelas dua SMU. Suatu hari teman sekelasnya--Dewi--menghampirinya sambil tersenyum.
“Des, ada yang titip salam tuh”.
Wajah Desta memerah. Meski ia sudah kelas dua SMU dan banyak teman-temannya yang telah berpacaran, tapi Desta termasuk cewek pemalu dan pendiam. Ia jarang ikut dalam kegiatan sekolah dan kumpul bareng teman-teman, terutama yang cowok. Dalam prestasi akademik, Desta jagonya. Ia selalu dapat ranking tiga besar di kelas. Tapi, dalam urusan pergaulan Desta sangat kurang. Teman dekatnya hanya beberapa orang.
“Salam?” ini pertama kalinya Desta mendapat perhatian dari seorang cowok. Ia merasa bingung dan grogi, tidak tahu bagaimana harus bersikap.
“Siapa?” Desta bertanya kembali dengan wajah memerah, malu.
Dewi menarik tangannya melalui ruang kelas lain. Saat itu jam istirahat, banyak pelajar yang berjalan atau ngobrol berkelompok, sebagian lagi berada di kantin.
Dewi menunjuk ke arah lapangan basket.
Desta mengikuti arah jari Dewi. Di depannya tampak seorang cowok jangkung lumayan tampan. Desta tidak mengenal cowok itu, karena ia jarang ngumpul dengan kakak-kakak kelasnya. Seakan mendengar percakapan mereka, cowok itu berpaling ke arah mereka, sekilas ia menatap Desta sambil tersenyum. Refleks Desta memalingkan wajah, jengah.
“Namanya Darmawan, anak kelas tiga”, Dewi berbisik di telinga Desta. Desta hanya mengangkat bahu dan diam, tidak memberi tanggapan. Ketika Dewi menyinggung masalah ini lagi, Desta menghindar dan mengalihkan pembicaraan.
Keesokan harinya, saat Desta berpapasan dengan Darmawan, Desta berusaha menghindar. Jika mereka tidak sengaja bertemu, Desta akan menundukkan kepala dan berjalan menjauh. Entah mengapa, setiap kali berpapasan dengan Darmawan, jantungnya berdetak kencang. Meski Desta sangat ingin mengenal Darmawan, tapi karena sifatnya pemalu, ia tidak berani menanggapi perhatian Darmawan. Bahkan, wajahnya yang kurang ekspresif bisa menyembunyikan perasaannya.
Dewi yang berusaha menjembatani hubungan mereka, akhirnya menyerah melihat tanggapan Desta yang dingin. Kemampuan Desta menyembunyikan perasaan telah menipu Dewi. Padahal, di hatinya Desta merasa sangat bingung dan bergejolak. Tapi di luar ia terlihat dingin dan cuek.
Waktu berlalu. Akhirnya, Darmawan lulus dan mereka pun berpisah. Setahun kemudian Desta lulus dan meneruskan kuliah ke kota lain. Selesai kuliah Desta bekerja di Jakarta. Sejak itu mereka tidak pernah lagi bertemu. Biasanya, setahun sekali saat libur tahun baru Desta pasti pulang ke kota kelahirannya. Tetapi, ia telah kehilangan kontak dengan teman-teman SMU-nya.
Tidak terasa, sepuluh tahun telah berlalu. Desta telah melupakan Darmawan dan masa-masa SMU-nya dulu. Tapi kini, tiba-tiba kenangan itu muncul kembali dalam mimpinya.
Desta mendesah sembari menatap langit-langit kamar kosnya. Apakah Darmawan masih mengingatnya? Mungkin ia sudah menikah sekarang. Seandainya diberi kesempatan untuk mengulang masa lalu, Desta pasti akan mencoba menjalin hubungan dengan Darmawan dan melihat, apakah mereka cocok satu sama lain, bukannya berlari menghindar setiap kali berpapasan dengan Darmawan.
Mungkinkah masih ada kesempatan bagi Desta? Desta mendesah, putus asa. Di usianya yang kedua puluh delapan, teman-temannya sudah menikah dan punya anak-sedangkan ia masih sibuk berkutat dengan tugas kantor yang membosankan serta menghabiskan malam minggu di kamar kosnya yang sempit. Hanya Tuhan yang tahu betapa menyedihkan dan membosankan hidupnya…
***
Desta memeriksa kotak masuk email-nya. Saat itu jam istirahat, semua teman-teman kantornya keluar makan siang, hanya dia yang memilih tetap di kantor sambil berselancar di dunia maya. Ternyata ada pesan masuk. Dari Anton, teman chatting yang baru dikenalnya seminggu ini. Desta tersenyum sambil membaca email-nya.
“Hai, Des,” Anton memulai kalimatnya, “Besok ada acara? Bagaimana kalau kita bertemu?”
Desta tertegun. Mereka baru berkenalan seminggu, tapi bisa dikatakan hampir tiap hari mereka chatting, saling bercanda dan membicarakan berbagai hal-hal sepele. Desta merasa cocok berteman dengan Anton dan pembicaraan mereka selalu menyenangkan. Tapi, untuk bertemu Desta belum siap.
Bagaimana ya penampilan Anton? Desta mencoba mereka-reka. Mungkin ia cowok tinggi tampan. Atau bahkan gemuk pendek dan berambut botak? Anton mengaku berumur tiga puluh dan masih single, tapi Desta menyangsikan ucapannya. Karena bisa saja ia pria hidung belang beranak tiga. Desta termasuk orang skeptis dan tidak mudah percaya, apalagi terhadap pria yang baru dikenal beberapa hari lewat internet, tempat para penipu dan orang-orang tidak waras bisa berkeliaran secara bebas menebar jaring untuk menjerat mangsanya.
“Aduh, sorry banget nih, tapi besok aku ada acara”, Desta membalas email Anton. Saat Desta akan mengirim pesannya, suara hatinya menahan.
“Mengapa tidak mencoba bertemu? Toh tidak ada ruginya”, bisik suara hatinya.
“Bagaimana kalau ia pria hidung belang yang suka mempermainkan wanita?” Logikanya memberi argumen.
“Paling tidak, dengan bertemu dan mengetahui kejelekannya, kamu bisa mengucapkan selamat tinggal selamanya padanya. Tapi, bagaimana kalau ia pria baik dan serius ingin berteman denganmu?” desak suara hatinya. Desta mulai ragu.
“Cobalah untuk membuka diri dan mengambil risiko. Jangan terus bersembunyi. Apakah kamu mau hidupmu seperti begini terus?”
Akhirnya suara hatinya menang. Desta menghapus pesan yang akan dikirim tadi dan menulis pesan baru.
“Boleh. Bagaimana kalau ketemu di Taman Anggrek pukul tiga?”
Seketika itu juga muncul balasan dari Anton.
Oke. Aku senang akhirnya kita bisa bertemu”.
Sebentar! Mereka belum pernah bertemu, bagaimana Desta bisa mengenalinya?
“Bagaimana aku bisa mengenalimu? Kamu pake baju warna apa?” tanya Desta.
Sesaat tidak ada jawaban. Akhirnya muncul balasan.
“Aku pasti akan mengenalmu kalau kita bertemu nanti”.
Apa maksudnya? Jangan-jangan, Anton teman yang sengaja iseng dan mempermainkannya? Tapi siapa? Desta bertanya-tanya dalam hati. Penasaran menunggu pertemuan besok.
***
Hari sabtu di Taman Anggrek, mal penuh pengunjung. Tua, muda, semua tidak mau ketinggalan menikmati akhir pekan sambil cuci mata. Desta baru tiba beberapa menit lalu. Ia sengaja datang tepat pukul tiga. Sembari menunggu Anton, Desta memperhatikan pengunjung yang hilir mudik di depan matanya. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya.
“Hai.”
Desta membalikkan badan dan mendapati seraut wajah yang telah menghiasi mimpinya belakangan ini. Desta serasa berada di alam mimpi. Mungkinkah? Setelah sepuluh tahun, bagaimana tiba-tiba ia bisa berdiri di hadapan Desta seakan-akan mereka baru berpisah beberapa hari lalu? Sungguh kebetulan, mereka bertemu di sini ketika ia sedang menunggu Anton yang kelihatannya telat.
“Darmawan?” Desta bertanya linglung.
Darmawan tersenyum lebar, “Aku senang kamu masih ingat namaku”.
“Kebetulan yang tidak terduga,” Desta menjawab, masih tidak mempercayai penglihatannya. Sepuluh tahun, dan kini semua nostalgia itu muncul kembali dalam wujud nyata di hadapannya.
“Bagaimana kalau kita duduk dan ngobrol?” Darmawan menawarkan dengan senyumnya yang menghipnotis.
Desta menggigit bibirnya, kecewa. “Sayang sekali, aku sedang menunggu seseorang. Mungkin kita bisa bertemu besok?”
Darmawan menatap Desta dengan ekspresi misterius, “Menunggu seorang cowok?”
“Hanya teman,”
Darmawan menebak, “Seorang teman yang dikenal lewat internet?”
Desta terperangah kaget.
“Bagaimana kamu bisa tahu?”
“Apakah cowok itu bernama Anton?” Darmawan melanjutkan tebakannya.
“Bagaimana… Bagaimana kamu bisa tahu?” Ekspresi Desta yang kebingungan pasti sangat lucu.
Darmawan tertawa terbahak-bahak.
“Halo, Des. Kenalkan”, ia mengulurkan tangan dengan bercanda, “Aku Anton”.
“Sialan”, Desta memukul Darmawan. Meskipun dipermainkan, Desta merasa sangat bahagia. Jantungnya berdetak kencang.
“Sorry, Des, jangan marah, aku tidak bermaksud mempermainkanmu”.
“Tapi bagaimana kamu bisa tau email-ku? Sudah lama kita tak bertemu, tiba-tiba kamu menghubungi dan ngajak kenalan”.
Darmawan tersenyum nakal, “Berkat facebook. Aku menemukan alamat account-mu. Dengan beberapa usaha, akhirnya di sinilah aku”, ia mengakhiri kalimatnya sambil membentangkan tangan.
Desta terharu, “Kau sengaja mencari aku?”
“Heii, jangan sedih dong”, Darmawan salah tingkah melihat mata Desta berkaca-kaca, “Apakah kamu kecewa bertemu denganku lagi?” wajahnya terlihat sakit hati.
Desta menggelengkan kepala, “Tidak. Aku senang bertemu kamu”, katanya sambil menatap Darmawan, “Tapi... mengapa setelah sepuluh tahun… tidak ada kabar. Mengapa tiba-tiba kamu berpikir mencariku?”
Darmawan menatapnya serius, “Tidak, sejak dulu aku tidak pernah berhenti mencarimu… Walaupun dulu kamu pernah menolakku, tapi aku tidak bisa melupakanmu. Sejak tamat SMU, aku kehilangan jejakmu”.
Desta berkata lirih, “Maaf, dulu aku bersikap dingin dan mengabaikanmu.”
“Heii… mengapa kita jadi melankolis begini?” Darmawan kembali ke sikap jenakanya. “Pertemuan kembali harusnya dirayakan dengan pesta makan, bukan dengan pesta air mata”.
Desta tersenyum, “Sorry, aku hanya sedikit kaget”.
“Des, aku mau tanya sesuatu,” Darmawan terlihat gelisah dan gugup. Sikap percaya diri dan jenakanya hilang.
“Ya?” Desta menunggu dengan dada berdebar. Setelah sekian lama tidak bertemu, ia justru merasa semakin dekat dengan Darmawan. Ia baru sadar kalau selama ini merindukan Darmawan.
“Tapi tolong jangan marah ya. Harusnya aku menunggu dulu… tapi, aku sudah tidak sabar untuk mengatakannya padamu”, Darmawan mengernyit, wajahnya sedikit malu.
Desta menunggu sambil menahan napas.
“Aku telah jatuh cinta pada seorang wanita, aku ingin mengatakan perasaanku, tapi aku takut ditolak kembali”.
Desta gemetar pucat. Ternyata, Darmawan kini menyukai gadis lain. Dulu Desta pernah menolak Darmawan, tapi kini ketika Desta mulai jatuh cinta padanya, ia justru berpaling ke wanita lain. Apakah ini hukum karma?
“Menurutmu, haruskah aku mengatakan perasaanku padanya?” Darmawan bertanya sambil menatap wajah Desta yang pucat.
Desta menelan ludah dengan pahit, “Menurutku, kau harus mengatakannya”. Oh Tuhan, kalau kami memang tidak berjodoh, mengapa kami harus dipertemukan kembali?
Wah, siapa nih yang beruntung itu? Apa aku mengenalnya?” Desta pura-pura bersikap riang untuk menutupi perasaan kecewanya.
“Ya, aku yakin kau pasti kenal padanya. Ia pernah menolakku sekali dan aku takut ditolak lagi”.
Desta kasihan melihat kesedihan di wajah Darmawan.
“Katakanlah lagi. Percayalah, kalau kamu terus mencoba, akhirnya hatinya akan luruh juga”.
“Benarkah?” wajah Darmawan berseri-seri lagi.
Nah, sekarang aku mau bertanya padamu, Des”. Darmawan terdiam sebentar, “Apakah kali ini aku diterima?”
“Apa?” Desta merasa salah dengar. “Aku bertanya, apakah kali ini engkau masih menolakku?”
Desta tergagap, “Tapi… tapi..., bukankah kau menyukai wanita lain?” Darmawan meraih tangan Desta dan menggenggamnya erat. “Dari dulu sampai sekarang, yang ada di pikiranku hanya kamu,” ia terdiam sejenak sambil menatap Desta. “Walaupun dulu engkau pernah menolakku, tapi kuharap kali ini engkau mau memberiku kesempatan untuk membuktikan cintaku”. Darmawan masih mencintainya? Kabut yang menutupi hati Desta tadi sekarang lenyap tak berbekas. Kini hatinya dipenuhi kebahagiaan.
Desta menatap mata Darmawan, “Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku ada satu pengakuan”. Darmawan menunggu dengan tegang, “Beberapa hari ini aku selalu memimpikan dirimu”.
Darmawan masih ragu, “Apakah ini berarti Ya?”
Desta mengangguk, “Ya. Ini berarti aku ingin memberi kita kesempatan.”
Terima kasih, Des,” Darmawan memeluknya dengan erat seakan-akan takut akan kehilangannya lagi.
Desta mendesah bahagia. Terima kasih Tuhan, engkau mendengar doaku. Terima kasih Tuhan, engkau masih memberiku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DLL yang disiapkan Jika Cheat tidak tampil

d3dx43.dll (Folder PB)
msvcp100.dll (Folder PB)
msvcr100.dll (Folder PB)
d3dx9_42.dll (system32)
msvcp100d.dll (system32)
msvcr100d.dll (system32)
Atau kalian ingin yang sudah dipaketkan,
[-] DLL Folder PB <<< Jadi simpan dll yang ada di .rar ke dalam Folder PB mu.
[-] DLL System32 <<< Jadi simpan dll yang ada di .rar ke
  • C:\Windows\System (Windows 95/98/Me)
  • C:\WINNT\System32 (Windows NT/2000)
  • C:\Windows\System32 (Windows XP, Vista, 7)
Jika kamu menggunakan Windows versi 64-bit , kamu harus tempatkan .dll nya di C:\Windows\SysWOW64\
Apabila kalian masih tidak mengerti silahkan tinggal komentar kalian di bawah ini.
Terima Kasih ^_^
Download Multy Injector KLik Disini (untuk lost saga)
Download Multy Injector + processes KLik disini (untuk Geme Ofline)

Daftar isi Blog

Widget By: [Akhmad Andryan]

Update status FB Via BB - I-pade

http://hadi.web.id/fb.html http://hadi.web.id/facebook.html